Home / Berita / Pelaku Kekerasan Emosional Anak Mayoritas Kelompok Sebaya

Pelaku Kekerasan Emosional Anak Mayoritas Kelompok Sebaya


Jakarta

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) memaparkan hasil Survei Nasional Pengalaman Hidup Anak dan Remaja (SNPHAR) 2024 yang menunjukkan sebanyak 80 persen pelaku kekerasan emosional terhadap anak merupakan kelompok sebaya. Kekerasan yang dilakukan terhadap anak laki-laki maupun perempuan.

“Pelaku yang sangat dominan dalam kekerasan emosional adalah sebaya baik terhadap kelompok laki-laki maupun perempuan yaitu 80 persen,” kata Deputi Bidang Perlindungan Anak, Nahar di Hotel Le Meridien, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Senin (7/10/2024).

SNPHAR merupakan survei 3 tahunan sekali yang dilakukan KemenPPPA. Survei ini menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif dalam penyusunannya. SNPHAR mencakup 38 provinsi, serta 178 kabupaten dan kota.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Nahar menjelaskan kategori kekerasan dibagi dalam 3 jenis mencakup kekerasan fisik, emosional, dan seksual. Pada jenis kekerasan seksual temuan SNPHAR menunjukkan bahwa kelompok sebaya mendominasi sebagai pelaku.

“Pelaku kekerasan seksual yang paling dominan adalah sebaya yaitu sekitar 63,72 persen terhadap kelompok laki-laki dan 40,94 persen terhadap kelompok perempuan. Dari ketiga sumber tersebut tampak bahwa sekitar sepertiga anak yang mengalami kekerasan merespons dengan cara bercerita kepada pihak lain,” ungkapnya.

Salah satu perkembangan positif yang ditemukan yakni adanya peningkatan pengetahuan anak perempuan akan layanan konseling. Namun, lanjut Nahar, tidak semua anak menggunakan fasilitas tersebut.

“Pada tahun 2024 ini presentase anak perempuan kekerasan yang mengetahui layanan semakin meningkat yaitu lebih dari 70%, namun demikian dengan mengetahui layanan tidak dengan sendirinya anak yang mengalami kekerasan memperoleh layanan. Survei sangat konsisten melaporkan bahwa kurang dari 7 persen anak yang mengalami kekerasan baik fisik, emosional, maupun seksual yang memperoleh layanan,” lanjutnya.

Di sisi lain, hasil survei menunjukkan, anak laki-laki cenderung memendam sendiri kekerasan yang dialami. Hal ini masih menjadi catatan bagi layanan konseling khususnya bagi korban kekerasan pada anak laki-laki.

“Kelompok perempuan sendiri memperoleh layanan yang lebih banyak daripada laki-laki. Hal ini konsisten dengan data bahwa perempuan lebih banyak bercerita sebagai respon atas kekerasan yang dialami dan dengan demikian membuka kesempatan untuk memperoleh layanan, namun tidak demikian dengan kecenderungan kelompok laki-laki,” pungkas Nahar.

(idn/imk)

Source link

Tagged:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *